Laman

Kamis, 21 Februari 2013

Strategi Atasi Kecemasan UN

Masalah yang dihadapi para siswa mendekati ujian nasional (UN) adalah rasa cemas dan takut tidak lulus.  Sebagai contoh survei terhadap 292 peserta UN di SMAN 7 Bandarlampung pada Januari 2012, hasilnya diketahui 47% di antaranya menyatakan khawatir, takut, dan merasa cemas tidak dapat memenuhi harapan orang tua serta sekolah untuk dapat  lulus dengan nilai tinggi. Kemudian hanya 53% yang  memiliki rasa percaya diri  dan siap menghadapinya. 
    DATA wawancara dan observasi  tersebut menunjukkan 22 % siswa cemas karena soalnya terdiri dari 5 paket soal,  11% siswa cemas karena grade kelulusannya  tiap tahun meningkat  serta  takut salah  dalam menggunakan lembar jawab komputer. Sedangkan, 14 % lainnya faktor nonteknis seperti kondisi dan situasi waktu tes, tekanan dari orang tua, sekolah, dan lingkungan yang menuntut mereka untuk lulus dengan baik.
    Kondisi rasa cemas dan takut selalu terjadi pada setiap tahun mendekati UN. Praktik pengalaman tahun lalu, setelah berbagai strategi  dilakukan rasa cemas dan takut dapat di atasi. Hal ini terbukti kelulusan siswa SMAN 7 pada 2011 program IPS dan IPA adalah 100%, peringkat  jurusan IPS  9 besar dan IPA  masuk 10 di Bandarlampung.
    Untuk Bandarlampung, kelulusan program IPA dari 46 sekolah dengan jumlah peserta UN 3.766 siswa lulus 3.765 (99,73%) dan  tidak lulus 1 siswa (0,27%%), untuk program IPS dari 52 sekolah dengan 4.267 siswa, jumlah yang  lulus 4.265 siswa (99,82%) dan tidak lulus  2  siswa (0,18%).
Kenyataannya meskipun secara regional angka kelulusan di atas 98% data-data kelulusan tahun 2011 tinggi,  rasa cemas dan takut menghadapi UN secara umum masih menghinggapi para siswa. Bahkan juga terjadi pada guru dan orang tua siswa. Gejala ini menjadi wajar jika kita sikapi secara bijak dan cerdas. Tetapi rasa cemas dan takut yang berlebihan mengarah pada panik dalam menghadapi UN dapat berdampak negatif bagi kesiapan siswa dalam pencapaian prestasi yang maksimal.
    Sebuah situs pada 2010 memuat tulisan yang menguatkan fakta, ’’Mendekati UN, ribuan siswa di sejumlah daerah di Indonesia dihinggapi rasa cemas dan takut tidak lulus UN’’. Ahmad Sudrajat, 2008 menulis, ’’UN telah menjadi sebuah figur yang menakutkan bagi para siswa SD, SMP, dan SMA. Nilai standarisasi nasional yang menentukan kelulusan siswa  setiap tahun meningkat, hal ini membuat situasi menjelang UN menjadi menegang. Banyak siswa yang merasa cemas dan ketakutan’’.
    Secara psikologis, kecemasan dan rasa takut mendekati UN merupakan gejala yang wajar terjadi. Kecemasan dapat di alami siapa dan di mana pun, termasuk juga siswa di sekolah. Kecemasan dan rasa takut ini dapat menjadi hal yang positif karena para siswa akan melakukan persiapan yang lebih optimal dan memacu untuk lebih giat belajar. Tetapi juga, jika dibiarkan dan berkepanjangan akan berdampak negatif bagi kesiapan mentalnya. Di samping itu, juga mengganggu pencapaian target kelulusan sekolah yang ditetapkan 100% dengan nilai rata-rata per mata pelajaran di atas KKM.
    Sekolah memiliki tanggung jawab dan kewajiban kelembagaan untuk mendesain dan melakukan kegiatan yang berorientasi pada upaya mengatasi kecemasan dan rasa takut yang menghinggapi para siswa dalam menghadapi UN. Sinergi dan kolaborasi yang positif dengan stakeholder pendidikan di lingkungannya dan pihak orang tua siswa harus dibangun secara efektif dan sungguh-sungguh agar hasil akhir yang dicapai dapat lebih optimal. Mengacu pada berbagai masalah dan identifikasi masalah  tersebut, masalahannya adalah bagaimana strategi mengatasi kecemasan siswa dalam menghadapi UN?
    UN merupakan penilaian hasil belajar oleh pemerintah yang bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi. Hasil UN digunakan sebagai salah satu bahan pertimbangan untuk a) pemetaan mutu program dan atau satuan pendidikan; b) dasar seleksi masuk pada jenjang pendidikan berikutnya; dan  c) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; d) pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya  untuk meningkatkan mutu pendidikan (Bahan sosialisasi penyelenggaraan UN, BSNP 2012). Dari empat aspek  yang menjadi dasar pertimbangan, faktor yang terkait langsung dengan kecemasan dan rasa takut siswa adalah karena hasil UN dijadikan salah satu komponen penentuan kelulusan siswa dari program dan/satuan pendidikan.
    UN 2012 telah ditetapkan untuk dilaksanakan. Berdasarkan POS untuk tahun pelajaran 2011/2012, UN SMP/MTs dilaksanakan 23–26 April, SMA/MA 16–19 April, dan SMK 16–18 April. Artinya waktu makin dekat dan kecemasan yang terjadi pada siswa harus diminimalisasi sekolah agar rasa percaya diri siswa bertambah dan berdampak positif. Kenyataan ini tidak dapat kita hindari dan merupakan kondisi normal terjadi dalam kehidupan manusia. Masalahnya apakah kita dapat atau tidak mengoordinasikan agar kecemasan menjadi titik kekuatan keberhasilan UN. Pengalaman tahun 2011 dalam mengatasi kecemasan siswa dalam menghadapi UN dapat dijadikan rujukan dengan catatan harus ada pengembangan, perbaikan, dan penyempurnaan program agar hasil lebih optimal.
    Kecemasan merupakan salah satu fenomena yang terjadi ketika mendekati UN. Kecemasan adalah kondisi psikologis dan fisiologis siswa yang tidak menyenangkan yang ditandai pikiran, perasaan, dan aktivitas fisik yang tidak terkendali dan memicu timbulnya rasa cemas. Teori Rawlin menyatakan, ’’ kecemasan merupakan suatu respons terhadap situasi yang penuh tekanan’’. Maramis, 2005 menyebutkan, gejala umum akibat seseorang dihinggapi rasa cemas adalah rasa khawatir, gelisah, takut, dan waswas.
    Dengan memahami faktor-faktor pemicu timbulnya rasa cemas dan takut mendekati UN, dapat diambil langkah-langkah konkret solusi pemecahannya.  
Ada dua strategi yang dilakukan secara kelembagaan di sekolah. Pertama, strategi umum pada level kelembagaan/sekolah  mengingat dampak negatifnya terhadap pencapaian prestasi,  hal yang dilakukan untuk mencegah dan mengurangi rasa cemas sebagai berikut: a) menciptakan iklim pembelajaran yang kondusif dalam suasana yang menyenangkan, dialogis, dan demokratis; b) membangun dan mengembangkan dinamika kelompok  dalam pembelajaran, ada ’’sense of humor’’ atau  ’’ice breack’’ untuk membangun suasana yang komunikatif;  c) membangun budaya kolaborasi dan sinergi dalam pembelajaran dan pembimbingan, menghindari reinforcement yang negatif, d) assessment yang objektif, terbuka, dan ada balikan yang proporsional dan profesional, e) terus dibangun dan dibudayakan berpikir, bersikap, dan berbuat yang positif dalam pencapaian target-target prestasi. Sedangkan strategi khusus adalah kegiatan yang khusus dilakukan sebagai  persiapan UN.
Berdasarkan analisis dan pemetaan terhadap permasalahan-permasalahan yang muncul setiap kali siswa menghadapi UN, secara garis besar dapat diidentifikasi pada tiga aspek: 1) penguasaan standar kompetensi lulusan per mata pelajaran yang dijabarkan ke dalam indikator-indikator SKL mata pelajaran UN; 2) teknik pengisian, penggunaan alat dan sarana dalam menjawab soal dengan lembar jawab komputer secara benar; dan 3) kesiapan mental psikologis yang menyangkut aspek rasa percaya diri, ketenangan, kenyamanan, dan keyakinan akan kemampuannya dalam mengikuti UN. Dalam bahasa sederhana tiga aspek tersebut adalah aspek penguasaan materi soal UN, teknik menjawab soal dan mengerjakan dengan LJK, dan rasa percaya diri dan ketenangan siswa saat melaksanakan UN. Jika ketiga aspek ini dikuasai secara baik oleh siswa maka secara berangsur rasa cemas dan takut akan berkurang dan berganti menjadi rasa percaya diri dan siap ujian.
    Mengacu pada faktor utama penyebab rasa cemas dan takut tersebut,  strategi khusus yang dilakukan untuk mengatasi kecemasan siswa dalam menghadapi UN dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu: 1) program penguatan, 2) program bimbingan; dan 3) program pemantapan. Program penguatan dilakukan melalui kegiatan: sosialisasi UN kepada siswa, training motivasi, ceramah ilmiah mata pelajaran UN,  bedah  SKL mata pelajaran UN. Kegiatan dilakukan untuk memberi informasi secara utuh tentang pelaksanaan UN, membekali dan memastikan penguasaan siswa terhadap kompetensi yang akan diujikan dalam UN. Program penguatan ini juga diarahkan untuk membangun dan meningkatkan motivasi berprestasi bagi para siswa, sehingga semua aktivitas pembelajaran yang dilakukan selama ini didukung oleh keinginan yang kuat dari siswa untuk mencapai prestasi yang tinggi.
    Sosialisasi UN kepada siswa dilakukan dengan dua cara, pertama secara individual atau per siswa dipanggil satu per satu melalui wali kelas yang didampingi orang tua siswa. Kedua, secara klasikal dilakukan pada setiap kelas dua belas. Secara klasikal dilakukan kepala sekolah dengan materi pokok sosialisasi  UN sesuai POS.  
Training motivasi dilakukan bekerja sama dengan bimbingan belajar yang standar dan  nara sumber profesional. Training ini untuk membangun dan menumbuhkan secara optimal agar siswa memiliki motivasi belajar dan motivasi berprestasi yang tinggi. Training motivasi dilakukan pada awal semester dua kelas dua belas. Sasarannya semua siswa kelas dua belas. Kegiatan berikutnya, ceramah ilmiah mata pelajaran UN dilakukan agar siswa lebih memahami karakteristik, substansi, dan cara-cara yang lebih efektif serta mudah menjawab soal dengan benar.
    Bedah SKL mata pelajaran UN dilakukan dengan cara menganalisis, mengkaji, dan membahas standar kompetensi lulusan mata pelajaran UN dengan indikator-indikator  soal UN yang diterbitkan BSNP. Berbagai kegiatan penguatan ini dilakukan untuk makin menguatkan kesiapan para siswa dalam menghadapi UN. Kegiatan penguatan juga makin memperjelas apa dan bagaimana yang harus dilakukan para siswa dalam menghadapi UN.
    Program bimbingan dilakukan melalui kegiatan bimbingan belajar di luar jam belajar sebagai pendalaman, dilengkapi dengan kegiatan latihan UN, tryout soal-soal mata pelajaran UN baik mandiri maupun kerja sama, pembahasan prediksi soal dan soal-soal UN tahun-tahun sebelumnya, serta strategi menjawab soal dari tingkat kesukaran soal mudah, sedang dan sukar dengan keterbatasan waktu ujian per mata pelajaran.  Bimbingan dilakukan agar penguasaan siswa dalam mengerjakan soal-soal menjadi lebih efektif, cepat, dan tepat  dalam arti siswa makin terampil dalam menjawab soal-soal. Program bimbingan melalui kegiatan  tryout juga dilakukan untuk membiasakan  siswa dalam menjawab soal-soal yang dilatihkan, sehingga pada saat UN siswa tidak merasa terkejut dan canggung lagi. Setelah kegiatan latihan UN dan tryout dilakukan pembahasan secara komprehensif untuk berdiskusi bersama terkait dengan jenis dan model soal-soal yang tidak dapat dijawab oleh mayoritas siswa. LUN dan tryout bermanfaat untuk  pemetaan bagi guru untuk melihat dan mengukur kompetensi siswa dalam penguasaan kompetensi yang diujikan. Pemetaan ini penting untuk dijadikan dasar pembinaan lebih lanjut menjelang UN.
    Bimbingan belajar di lakukan di luar jam pembelajaran pada siang hari dan  dibuatkan jadwal sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah sebagai pendalaman, latihan UN dilakukan dua kali. Dan tryout dilakukan dapat dilakukan oleh sekolah secara mandiri atau bekerja sama dengan bimbingan belajar yang standar dan berorientasi pada keberhasilan UN. Sedangkan pembahasan prediksi soal atau soal-soal UN tahun sebelumnya dilakukan untuk lebih memahami ragam, jenis, dan tingkat kesulitan soal-soal UN per mata pelajaran.  
    Ketiga, program pemantapan dilakukan untuk membangun rasa percaya diri,  keyakinan, dan kesiapan para siswa dalam menghadapi UN. Kegiatan yang dilakukan adalah  konsultasi individual melalui wali kelas/BK/guru mata pelajaran UN , serta kegiatan zikir dan doa.  Konsultasi dengan BK/wali kelas/guru mata pelajaran bermanfaat untuk mengetahui kesiapan akhir dari para siswa. Apakah masih diperlukan kegiatan penguatan dan bimbingan tambahan atau sudah dianggap cukup dari sisi penguasaan materi UN dan teknis mengerjakan dengan menggunakan lembar jawab komputer.
    Ketika berdasarkan data dan hasil analisis dirasakan siswa telah siap, dilakukan kegiatan zikir dan doa untuk mengajarkan kepada siswa bahwa hasil akhir dari apa yang kita siapkan dan kita kerjakan tetap Allah SWT adalah penentunya keberhasilan kita. Ketiga langkah sebagai strategi mengatasi kecemasan dan rasa takut siswa mengacu pada praktik pada 2011 sangat signifikan hasilnya. Siswa makin percaya diri dan aktivitas persiapan UN-nya makin terarah dan efektif.
Rasa cemas dan takut yang menghinggapi para siswa ternyata dapat diatasi dengan tiga strategi kegiatan yang berkesinambungan dan terencana baik, yaitu program penguatan, bimbingan, dan pemantapan. Ketiga strategi tersebut implementasinya disesuaikan dengan kebutuhan dan permasalahan yang terjadi di sekolah masing-masing. Sekolah bertanggung jawab agar target kelulusan 100% dan nilai tinggi dapat dicapai dengan baik.(*)
By : M. Fikri Haikal(me) / 13    ,    IX-L

Tidak ada komentar:

Posting Komentar